Berlatar belakang setahun setelah petualangan yang dialami Pevensie bersaudara di seri kedua, kisah The Voyage of the Dawn Treader
kini berfokus pada Edmund Pevensie (Skandar Keynes) dan Lucy Pevensie
(Georgie Henley) yang saat ini sedang tinggal di rumah pamannya ketika
mereka sedang ditinggal oleh kedua orangtua dan saudara-saudaranya.
Kehidupan Edmund dan Lucy sendiri berjalan kurang menyenangkan,
khususnya lagi akibat gangguan yang selalu diberikan keponakan mereka,
Eustace Scrubb (Will Poulter). Namun, kehidupan yang kurang menyenangkan
tersebut berubah drastis ketika Edmund dan Lucy secara tiba-tiba
berpindah kembali ke Narnia – negeri dongeng yang telah lama mereka
rindukan. Tidak hanya Edmund dan Lucy yang berpindah, Eustace yang saat
kejadian tersebut sedang bersama mereka juga turut berpindah ke Narnia.
Bertiga, mereka kembali bertemu dengan
Caspian (Ben Barnes), yang saat ini telah menjadi raja dari Narnia.
Caspian sendiri saat ini sedang berada di kapal yang diwariskan oleh
sang ayah kepadanya, Dawn Treader, dan sedang dalam perjalanan untuk
menemukan tujuh bangsawan Narnia yang pada masa kepemimpinan Miraz
diasingkan untuk mengamankan posisinya sebagai pemimpin Narnia. Tujuan
Caspian sendiri dalam menemukan ketujuh bangsawan ini tak lain adalah
karena ingin menyelamatkan Narnia dari sebuah kekuatan magis yang tak
diketahui yang saat ini sedang mengintai dan membahayakan posisi Narnia.
Dalam perjalanan inilah, ketika kapal Dawn Treader singgah dari satu
daratan ke daratah lainnya, Edmund, Lucy, Eustace, Caspian dan seluruh
awak kapal Dawn Treader menghadapi banyak petualangan yang tidak hanya
menguji kekuatan fisik mereka, namun juga menguji kekuatan mental dan
rasa persahabatan mereka.
Jika petualangan Harry Potter terlihat
semakin gelap, bergerak semakin lamban dan ditampilkan dengan durasi
yang lebih lama ketika melanjutkan kisah petualangannya, maka seri
petualangan The Chronicles of Narnia bergerak ke arah yang
sebaliknya. Jika dibandingkan dengan dua seri sebelumnya yang telah
hadir, adalah sangat mudah untuk mengidentifikasi The Voyage of the Dawn Treader sebagai bagian seri petualangan The Chronicles of Narnia
yang lebih ringan dan lebih menyenangkan untuk disimak jalan ceritanya.
Di sisi lain, ‘kesederhanaan’ jalan cerita ini pula yang justru yang
menjadi satu-satunya titik kelemahan dari The Voyage of the Dawn Treader.
Para pembaca setia seri The Chronicles of Narnia mungkin akan dengan demikian cepat menyadari bahwa The Voyage of the Dawn Treader
adalah versi singkat dari deretan petualangan yang sebenarnya telah
dituliskan oleh C. S. Lewis dalam versi buku ceritanya. Mempersingkat
jalan cerita dan membuatnya menjadi demikian sederhana sebenarnya
bukanlah sebuah ‘kejahatan’ jika Anda ingin mengadaptasi sebuah buku
menjadi sebuah naskah cerita. Namun, tentu saja, Anda tidak dapat
melewatkan beberapa hal esensial yang sebenarnya menjadi inti dari jalan
cerita buku tersebut. Dalam kasus The Voyage of the Dawn Treader,
tim penulis naskah sepertinya terlalu berfokus pada kisah-kisah
petualangan yang ditemui para karakternya dan sedikit melupakan mengenai
apa tujuan sebenarnya dari perjalanan yang dilakukan oleh Caspian
dengan kapal Dawn Treader-nya. Penonton hanya mendapatkan informasi yang
minim mengapa hal tersebut dan beberapa hal lainnya yang terjadi di
dalam jalan cerita versi film The Voyage of the Dawn Treader.
Terlepas dari jalan cerita yang ‘terlalu’ sederhana, The Voyage of the Dawn Treader
sebenarnya adalah sebuah perjalanan yang sangat menyenangkan untuk
disimak. Para karakter yang dihadirkan di sepanjang jalan cerita
terlihat sangat mampu untuk menghidupkan jalan cerita – kemungkinan
besar karena para pemerannya yang telah semakin nyaman dalam memerankan
karakter-karakter mereka. Keputusan sutradara, Michael Apted (The World is Not Enough,
1999), untuk menekankan sisi petualangan daripada sisi dramatis juga
tidak berdampak buruk pada film ini. Memilih untuk menceritakan jalan
cerita dengan alur yang cepat, membuat The Voyage of the Dawn Treader menjadi begitu mudah untuk diselami jalan ceritanya.
Penceritaan yang cepat juga tak membuat
Apted lupa untuk memasukkan unsur emosional yang menyentuh ke dalam
kisah petualangan ini. Memanfaatkan premis ‘petualangan terakhir’ Edmund
dan Lucy di dunia Narnia, yang dihadirkan di penghujung film, Apted
berhasil dengan sangat baik menampilkan kedekatan antara satu karakter
dengan karakter lainnya dan membuat The Voyage of the Dawn Treader
seperti sebuah kisah petualangan di dunia Narnia terakhir yang sangat
menyentuh. Ditambah dengan iringan tata musik karya komposer David
Arnold, bagian ‘perpisahan’ antara Edmund dan Lucy dengan Aslan
(diisisuarakan oleh Liam Leeson), Caspian dan dunia Narnia karena
kedewasaan mereka merupakan bagian terbaik dalam The Voyage of the Dawn Treader yang akan berhasil menyentuh siapapun yang menontonnya.
Faktor lain yang merupakan sebuah kesuksesan besar bagi Apted dalam menggarap The Voyage of the Dawn Treader adalah
keberhasilannya dalam menterjemahkan petualangan setiap karakter yang
ada di dalam jalan cerita lewat pemilihan gambar-gambar yang sangat
indah untuk disaksikan. Latar belakang cerita yang berada di lautan juga
dapat dioptimalkan dengan baik oleh Apted lewat pemilihan untuk
menggunakan teknologi 3D dalam merepresentasikan kisah film ini. Tidak
dapat disangkal bahwa penggunaan teknologi 3D dalam The Voyage of the Dawn Treader merupakan salah satu pemanfaatan teknologi 3D terbaik di sepanjang tahun ini.
Bergerak ke arah yang berlawanan dari jalur yang ditempuh oleh petualangan Harry Potter dalam menceritakan lanjutan kisah petualangannya, The Voyage of the Dawn Treader
harus diakui sedikit kehilangan esensi ceritanya ketika ditampilkan
lewat jalan cerita yang ringkas tersebut. Namun untungnya, hal tersebut
tidak terlalu berarti banyak dalam kenikmatan siapapun dalam menyimak
jalan ceritanya. Membuang beberapa bagian yang terasa kurang begitu
penting dan memilih untuk lebih menonjolkan sisi petualangan dari setiap
karakter yang ada dengan alur cerita yang cepat – serta memanfaatkan
teknologi 3D dengan sangat baik, sutradara Michael Apted berhasil
menjadikan The Voyage of the Dawn Treader sebagai bagian yang paling menyenangkan dari seluruh seri The Chronicles of Narnia yang telah diadaptasi dalam bentuk film. Sebuah kemajuan pesat dari adaptasi kisah The Chronicles of Narnia yang membuat kelanjutan seri ini menjadi layak untuk ditunggu di masa yang akan datang.